TIGA PESAN KUNCI MPS

Setiap persalinan ditolong tenaga kesehatan terampil
Setiap komplikasi obstetri dan neonatal ditangani secara adekuat
Setiap wanita usia subur mempunyai akses terhadap pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan dan penanggulangan komplikasi keguguran

Renungan awal tahun

Jadikanlah diri mu pandai, agar rezeki mu adalah rezeki orang yang pandai, yang bermanfaat bagi banyak orang karena ilmunya.
Rajinkanlah diri mu, agar rezeki mu adalah rezeki orang yang melakukan banyak hal yang menyenangkan banyak hati, yang menjernihkan kehidupan orang yang sedang kalut, yang menguatkan mereka yang sedang lemah, dan yang menunjukkan jalan keluar bagi mereka yang sedang tersesat.
Jujurkanlah diri mu, agar rezeki mu adalah rezeki orang yang amanah dalam memangku tugas, yang menasehatkan kebenaran, dan menasehatkan kesabaran.Jadikanlah yang kau lakukan sebagai bukti dari kebenaran yang kau katakan.Dan janganlah engkau mengatakan yang tidak akan kau lakukan.
Setialah kepada yang benar.

Jumat, 30 Januari 2009

PELATIHAN PENINGKATAN KEMAMPUAN BIDAN DALAM MANAJEMEN BBLR Tk. PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2008

Menurut survey demografi dan kesehatan Indonesia tahun 2002-2003, angka kematian balita sebesar 46 per 1.000 kelahiran hidup sedangkan angka kematian neonatal sebesar 20 per 1.000 kelahiran hidup. artinya, dalam 1 (satu ) tahun, sekitar 89.000 bayi umur dibawah 1 (satu) bulan meninggal. Setiap 6 menit ada 1 (satu) neonatus meninggal.
BBLR terdiri atas BBLR kurang bulan dari BBLR cukup bulan/lebih bulan. Upaya menurunkan angka kejadian dan angka kematiaan BBLR akibat komplikasi seperti asfiksia, infeksi, hipotermia, hiperbilirubinemia yang masih tinggi perlu ditunjang dengan perawatan teknologi tepat guna yang bisa dilaksanakan oleh petugas kesehatan. Tenaga kesehatan yang terampil dan kompeten dalam manajemen BBLR diharapkan dapat menangani kasus BBLR dengan baik dan benar, dan dapat menyebarkan pengetahuannya kepada keluarga mengenai penanganan BBLR menggunakan cara yang mudah dan sederhana.

PENINGKATAN KEMAMPUAN BIDAN DALAM MANAJEMEN ASFIKSIA Tk. PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2008


Proporsi kematian balita yang terbanyak adalah pada usia 0 s/d 28 hari dengan penyebab langsung kematian paling besar adalah Berat Badan Lahir Rendah( BBLR ) 29% dan Asfiksia 27%. Berbagai upaya yang aman dan efektif untuk mencegah dan mengatasi penyebab utama kematian bayi baru lahir adalah pelayanan antenatal yang berkualitas, asuhan persalinan normal/dasar dan pelayanan kesehatan neonatal oleh tenaga profesional. Untuk menurunkan kematian bayi baru lahir karena asfiksia, persalinan harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kemampuan dan keterampilan manajemen asfiksia pada bayi baru lahir. Kemampuan dan keterampilan ini digunakan setiap kali menolong persalinan.
Terkait dengan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan baik dirumah maupun di tempat fasilitas pelayanan kesehatan, tenaga kesehatan sering kali dihadapkan dengan keadaan bayi lahir mengalami asfiksia. Pada keadaan demikian tenaga kesehatan harus melakukan sesuatu tindakan tertentu agar bayi baru lahir dapat bernafas spontan sesegera mungkin.

Kamis, 29 Januari 2009

PELATIHAN PENINGKATAN KAPASITAS PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI TERPADU Tk. PROVINSI KEPULAUAN KEPULAUAN RIAU TAHUN 2008



Pelayanan kesehatan reproduksi yang terpadu memberikan pelayanan menyeluruh yang dibutuhkan oleh klien yang berkaitan dengan kesehatan reproduksinya sehingga memenuhi hak reproduksi tiap individu termasuk dapat kesehatan reproduksi dan juga akan memudahkan dalam penemuan kasus-kasus kekerasan terhadap perempuan. Sehubungan dengan hal tersebut, Depkes telah membuat modul-modul pelatihan dan sampai dengan tahun 2007 telah terbentuk tim fasilitator di 33 Provinsi di seluruh Indonesia untuk Pelayanan Kesehatan Reproduksi Terpadu, PP/KtP dan pengarusutamaan Gendre Bidang Kesehatan ( PUGBK ). Meski demikian sangat sedikit Provinsi yang sudah menindaklanjutinya dengan membentuk tim fasilitator di Tingkat Kab / Kota apalagi yang sudah melatih petugas pelayanan di puskesmas dan telah memberikan pelayanan, kecuali di daerah yang mendapat bantuan donor misal UNFPA.

Melihat begitu perlahannya langkah menuju implementasi pelayanan di puskesmas, maka dipandang perlu adanya upaya akselerasi implementasi melalui peningkatan kapasitas puskesmas dan Kab / Kota dalam implementasi pelayanan kesehatan reproduksi yang responsif gender.

Rabu, 28 Januari 2009

Capaian Pelayanan KIA Kepri berdasarkan Riskesdas

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 yang selama ini ditunggu-tunggu, sudah diluncurkan. Data dasar kesehatan, salah satunya pelayanan kesehatan ibu dan anak yang berbasis survei di masyarakat, diharapkan dapat memberikan gambaran yang lebih jelas terutama untuk memenuhi kebutuhan kita untuk mengetahui permasalahan yang ada dan perencanaan kegiatan yang lebih baik.

Tidak semua indikator dapat kita temui, tetapi minimal indikator yang ada dapat kita manfaatkan. Beberapa indikator tersebut antara lain:

1. Cakupan pemeriksaaan kehamilan ibu yang mempunyai bayi

Riwayat pemeriksaan kehamilan pada ibu yang mempunyai bayi di Provinsi Kepulauan Riau adalah sebesar 91,5% dengan rincian per Kab/ Kota sebagai berikut: Karimun 81,6%; Bintan 94,4%; Natuna 35,7%; Lingga 68,8%; Batam 100%; Tanjungpinang 90%

2. Jenis pelayanan pemeriksaan kehamilan

Secara keseluruhan di Provinsi Kepri, pemeriksaan yang paling sering dilakukan adalah penimbangan berat badan (98,1%), pemberian tablet Fe (95,9%) dan pemeriksaan tinggi fundus (95,5%).

  • Pengukuran tinggi badan

Karimun 71,9%; Bintan 70,6%; Natuna 0,0%; Lingga 63,6%; Batam 55,9% dan Tanjungpinang 92,3%.

  • Pemeriksaan tekanan darah

Karimun 100%; Bintan 100%; Natuna 60,0%; Lingga 100%; Batam 98,3% dan Tanjungpinang 100%.

  • Pemeriksaan tinggi fundus

Karimun 96,8%; Bintan 100%; Natuna 20,0%; Lingga 80%; Batam 98,3% dan Tanjungpinang 92,6%.

  • Pemberian tablet Fe

Karimun 96,8%; Bintan 100%; Natuna 80,0%; Lingga 55,6%; Batam 98,3% dan Tanjungpinang 92,6%.

  • Pemberian Imunisasi TT

Karimun 90,6%; Bintan 94,1%; Natuna 60,0%; Lingga 81,8%; Batam 89,9% dan Tanjungpinang 84,6%.

  • Penimbangan berat badan

Karimun 100%; Bintan 100%; Natuna 60,0%; Lingga 100%; Batam 98,3% dan Tanjungpinang 100%.

  • Pemeriksaan hemoglobin

Karimun 29,0%; Bintan 41,2%; Natuna 20,0%; Lingga 37,5%; Batam 53,4% dan Tanjungpinang 53,8%.

  • Pemeriksaan Urine

Karimun 25,8%; Bintan 41,2%; Natuna 20,0%; Lingga 40,0%; Batam 66,7% dan Tanjungpinang 42,3%.

3. Cakupan pemeriksaan neonatus
Secara keseluruhan di Provinsi Kepri sebanyak 63,9% neonatus umur 0-7 hari dan 44,8% neonatus umur 8-28 hari mendapatkan pemeriksaan dari tenaga kesehatan. Secara berturut turut pemeriksaan neonatus umur 0-7 hari dan 8 - 28 hari menurut Kab/ Kota adalah sebagai berikut:


  • Karimun 69,2% & 34,2%
  • Bintan 55,6% & 42,1%
  • Natuna 50,0 % 40,0%
  • Lingga 37,5% & 43,8%
  • Batam 67,0% & 49,2%
  • Tanjungpinang 63,3% & 36,7%
Demikianlah sekilas gambaran cakupan pelayanan kesehatan ibu dan anak di Provinsi Kepulauan Riau sebagai cerminan bagi kita agar dapat lebih meningkatkan upaya secara bersungguh-sungguh untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, khususnya kesehatan ibu dan anak.