BBLR terdiri atas BBLR kurang bulan dari BBLR cukup bulan/lebih bulan. Upaya menurunkan angka kejadian dan angka kematiaan BBLR akibat komplikasi seperti asfiksia, infeksi, hipotermia, hiperbilirubinemia yang masih tinggi perlu ditunjang dengan perawatan teknologi tepat guna yang bisa dilaksanakan oleh petugas kesehatan. Tenaga kesehatan yang terampil dan kompeten dalam manajemen BBLR diharapkan dapat menangani kasus BBLR dengan baik dan benar, dan dapat menyebarkan pengetahuannya kepada keluarga mengenai penanganan BBLR menggunakan cara yang mudah dan sederhana.
Jumat, 30 Januari 2009
PELATIHAN PENINGKATAN KEMAMPUAN BIDAN DALAM MANAJEMEN BBLR Tk. PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2008
BBLR terdiri atas BBLR kurang bulan dari BBLR cukup bulan/lebih bulan. Upaya menurunkan angka kejadian dan angka kematiaan BBLR akibat komplikasi seperti asfiksia, infeksi, hipotermia, hiperbilirubinemia yang masih tinggi perlu ditunjang dengan perawatan teknologi tepat guna yang bisa dilaksanakan oleh petugas kesehatan. Tenaga kesehatan yang terampil dan kompeten dalam manajemen BBLR diharapkan dapat menangani kasus BBLR dengan baik dan benar, dan dapat menyebarkan pengetahuannya kepada keluarga mengenai penanganan BBLR menggunakan cara yang mudah dan sederhana.
PENINGKATAN KEMAMPUAN BIDAN DALAM MANAJEMEN ASFIKSIA Tk. PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2008
Proporsi kematian balita yang terbanyak adalah pada usia 0 s/d 28 hari dengan penyebab langsung kematian paling besar adalah Berat Badan Lahir Rendah( BBLR ) 29% dan Asfiksia 27%. Berbagai upaya yang aman dan efektif untuk mencegah dan mengatasi penyebab utama kematian bayi baru lahir adalah pelayanan antenatal yang berkualitas, asuhan persalinan normal/dasar dan pelayanan kesehatan neonatal oleh tenaga profesional. Untuk menurunkan kematian bayi baru lahir karena asfiksia, persalinan harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kemampuan dan keterampilan manajemen asfiksia pada bayi baru lahir. Kemampuan dan keterampilan ini digunakan setiap kali menolong persalinan.
Terkait dengan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan baik dirumah maupun di tempat fasilitas pelayanan kesehatan, tenaga kesehatan sering kali dihadapkan dengan keadaan bayi lahir mengalami asfiksia. Pada keadaan demikian tenaga kesehatan harus melakukan sesuatu tindakan tertentu agar bayi baru lahir dapat bernafas spontan sesegera mungkin.
Kamis, 29 Januari 2009
PELATIHAN PENINGKATAN KAPASITAS PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI TERPADU Tk. PROVINSI KEPULAUAN KEPULAUAN RIAU TAHUN 2008
Rabu, 28 Januari 2009
Capaian Pelayanan KIA Kepri berdasarkan Riskesdas
Tidak semua indikator dapat kita temui, tetapi minimal indikator yang ada dapat kita manfaatkan. Beberapa indikator tersebut antara lain:
1. Cakupan pemeriksaaan kehamilan ibu yang mempunyai bayi
Riwayat pemeriksaan kehamilan pada ibu yang mempunyai bayi di Provinsi Kepulauan Riau adalah sebesar 91,5% dengan rincian per Kab/ Kota sebagai berikut: Karimun 81,6%; Bintan 94,4%; Natuna 35,7%; Lingga 68,8%; Batam 100%; Tanjungpinang 90%2. Jenis pelayanan pemeriksaan kehamilan
Secara keseluruhan di Provinsi Kepri, pemeriksaan yang paling sering dilakukan adalah penimbangan berat badan (98,1%), pemberian tablet Fe (95,9%) dan pemeriksaan tinggi fundus (95,5%).
- Pengukuran tinggi badan
Karimun 71,9%; Bintan 70,6%; Natuna 0,0%; Lingga 63,6%; Batam 55,9% dan Tanjungpinang 92,3%.
- Pemeriksaan tekanan darah
Karimun 100%; Bintan 100%; Natuna 60,0%; Lingga 100%; Batam 98,3% dan Tanjungpinang 100%.
- Pemeriksaan tinggi fundus
Karimun 96,8%; Bintan 100%; Natuna 20,0%; Lingga 80%; Batam 98,3% dan Tanjungpinang 92,6%.
- Pemberian tablet Fe
Karimun 96,8%; Bintan 100%; Natuna 80,0%; Lingga 55,6%; Batam 98,3% dan Tanjungpinang 92,6%.
- Pemberian Imunisasi TT
Karimun 90,6%; Bintan 94,1%; Natuna 60,0%; Lingga 81,8%; Batam 89,9% dan Tanjungpinang 84,6%.
- Penimbangan berat badan
Karimun 100%; Bintan 100%; Natuna 60,0%; Lingga 100%; Batam 98,3% dan Tanjungpinang 100%.
- Pemeriksaan hemoglobin
Karimun 29,0%; Bintan 41,2%; Natuna 20,0%; Lingga 37,5%; Batam 53,4% dan Tanjungpinang 53,8%.
- Pemeriksaan Urine
Karimun 25,8%; Bintan 41,2%; Natuna 20,0%; Lingga 40,0%; Batam 66,7% dan Tanjungpinang 42,3%.
3. Cakupan pemeriksaan neonatusSecara keseluruhan di Provinsi Kepri sebanyak 63,9% neonatus umur 0-7 hari dan 44,8% neonatus umur 8-28 hari mendapatkan pemeriksaan dari tenaga kesehatan. Secara berturut turut pemeriksaan neonatus umur 0-7 hari dan 8 - 28 hari menurut Kab/ Kota adalah sebagai berikut:
- Karimun 69,2% & 34,2%
- Bintan 55,6% & 42,1%
- Natuna 50,0 % 40,0%
- Lingga 37,5% & 43,8%
- Batam 67,0% & 49,2%
- Tanjungpinang 63,3% & 36,7%